Mas, aku tidak pernah bermaksud membuatmu malu, mambuatmu lelah, membuatmu berfikir lebih banyak, menambah bebanmu. Aku hanya memikirkan bagaimana agar engkau bisa menjadi lebih baik.
Aku bahkan tidak memikirkan bagaimana orang berfikir tentang kamu. Aku hanya memikirkan kita, anak-anak kita kelak.
Tentu kamu akan lebih mudah nantinya. Akan lebih berbangga lagi, dan kedua orang tuamu pun akan bahagia. Abaikan dulu bagaimana aku nanti, bagaimana perasaanku. Tanpa ditanyapun tentu aku berbahagia. Tapi bukan itu kunci utamanya.
Hanya bisa berdoa untuk aku, kamu, kita...
Jumat, 14 Maret 2014
Minggu, 02 Maret 2014
Teruntuk sang Imam
Hai, lelaki yang biasa ku sapa dengan panggilan "Mas". Sudah hampir setahun sejak hari itu, hari dipenghujung bulan maret. Akhir yang menjadi awal untuk kita.
Apa kau masih ingat tatapan malu-malu itu?. Hari itu kita pertama bertemu, pertemuan singkat untuk awal hidup yang panjang.
Mas, mungkin sampai saat ini. Hampir 4 bulan sudah kita menjadi suami istri. Apa kau pernah membuatku marah?tentu pernah. Apa kau pernah membuatku kesal? Jawabannya sering. Apa kau pernah membuatku menangis? Lebih dari pernah. Dari semua itu bukan berarti kita tidak saling mencinta. Itu ranah belajar untuk kita yang masih hijau dalam pernikahan.
Mas ku sayang, ketika godaan mulai berdatangan, aku menahan diriku sekuat tenaga. Tapi setan terkadang memanglah setan, sekali dua kali aku terbuai tapi semua itu bukan hal fatal, dan aku telah memilih kamu sudah sepantasnya hanya kamu saja.
Ketika aku sedang ingin dimanja, ketika aku sedang bersedih tentu aku berharap km menjadikanku ratu tapi ternyata kamu belum paham caranya. Kamu kadang malah asik dengan game-game seru yang lebih menantang.
Mas, teruslah menjadi imam, pemimpin yang bertanggung jawab, menjadi guru bagi aku dan anak-anak kita kelak dan tetaplah menjadi imamku.
Maafkan aku yang kadang terlalu cengeng, terlalu banyak menuntut dan terlalu sering membuat kamu menghela nafas.
Mas imam harus ingat janji mas dulu ke aku, kita berjuang sama-sama ya...
Love U...
Apa kau masih ingat tatapan malu-malu itu?. Hari itu kita pertama bertemu, pertemuan singkat untuk awal hidup yang panjang.
Mas, mungkin sampai saat ini. Hampir 4 bulan sudah kita menjadi suami istri. Apa kau pernah membuatku marah?tentu pernah. Apa kau pernah membuatku kesal? Jawabannya sering. Apa kau pernah membuatku menangis? Lebih dari pernah. Dari semua itu bukan berarti kita tidak saling mencinta. Itu ranah belajar untuk kita yang masih hijau dalam pernikahan.
Mas ku sayang, ketika godaan mulai berdatangan, aku menahan diriku sekuat tenaga. Tapi setan terkadang memanglah setan, sekali dua kali aku terbuai tapi semua itu bukan hal fatal, dan aku telah memilih kamu sudah sepantasnya hanya kamu saja.
Ketika aku sedang ingin dimanja, ketika aku sedang bersedih tentu aku berharap km menjadikanku ratu tapi ternyata kamu belum paham caranya. Kamu kadang malah asik dengan game-game seru yang lebih menantang.
Mas, teruslah menjadi imam, pemimpin yang bertanggung jawab, menjadi guru bagi aku dan anak-anak kita kelak dan tetaplah menjadi imamku.
Maafkan aku yang kadang terlalu cengeng, terlalu banyak menuntut dan terlalu sering membuat kamu menghela nafas.
Mas imam harus ingat janji mas dulu ke aku, kita berjuang sama-sama ya...
Love U...
Langganan:
Postingan (Atom)